Facebook dalam kurun waktu tahun 2014 mengalami perubahan yang sangat frekuentif, namanya juga sebuah platform, oleh karena itu perusahaan mereka selalu mengupdate apa yang dianggap paling ideal bagi para penggunanya (user-facebooker). Bagi para pemasar internet hal ini berimbas pada technical nya, adapun strategi dari kurun tahun ke tahun yang namanya marketing tidak jauh berubah, akan tetapi technical lah yang diupayakan menyesuaikan sebuah platform.
Ada beberapa hal-hal yang menjadi public enemy bagi facebook marketer yang tergolong tantangan besar di tahun 2014:
1. Alogaritma Edgerank Berubah Signifikan
Channel dalam facebook marketing salah satunya yaitu fanpage facebook, sebagai tempat dimana sebuah brand berkomunikasi dengan audience, tentunya ingin ketika makin banyak audience yang dijangkau melalui fanpage facebook tersebut publikasi content akan semakin luas dan ber-impact pada interaksi ataupun conversation makin intens dengan fans, content jualan pun bisa menjangkau makin banyak pemirsa. Namun, dengan berbagai pertimbangan 1 dan lain hal, facebook terus memperbaiki rumus alogaritma ini.
Hal yang membuat kebanyakan brand mengeleuarkan effort lebih, bahkan banyak juga big brand yang meng-counter kebijakan facebook ini karena dipandang reach (jangkauan) terhadap fans di fanpage turun drastis. Dalam hal ini data menunjukan kurang dari 5% jangkauan rata-rata sebuah fanpage dari total fans yang sudah ter-koneksi "liked a page", bahkan bisa jadi s.d 1-2%, bahkan ada juga yang sangat fantasitis jangkauannya sangat besar itu bergantung dari content yang dipublikasikan apakah mengundang interaksi atau tidak.
Hal ini menyebabkan banyak marketer yang berpikir dua kali, apalagi untuk marketer pemula atau pebisnis online yang masih menghitung-hitung cost marketing mereka untuk membangun sebuah fan base di facebook dengan mengumpulkan fans di facebook page (Page Likes), karena bisa jadi ketika maintenace yang tidak maksimal membuat cost yang sudah diinvestasikan akan sia-sia, bayangkan jika sudah membangun ratusan ribu fans namun jangkauan tidak maksimal, padahal sudah menggelontorkan dana yang tidak kecil.
Oleh sebab di atas, maka makin banyak marketer yang melakukan hal di poin 2.
2. Ketergantungan Akan Iklan Facebook
Minggu kemarin saya bertemu client saya yang sudah pernah saya training, dia mengemukakan bahwa "Klo ga ngiklan, ga ada jualan mas.., dan iklan akhir2 ini sepi penjualan", setelah saya analisa ada beberapa hal yang menyebabkan alasan tersebut. Di tahun 2014 ini internet marketer sudah mulai bermunculan dengan persebaran dimana-mana, dengan banyaknya edukasi baik berbayar maupun gratis seperti di +Fanspage ID ini, ilmu-ilmu internet marketing lainnya yang tersebar di berbagai blog, makin seringnya jumlah workshop/seminar terkait internet marketing di Indonesia, sebenernya trend positif ini sangat bagus sekali, artinya mulai banyak yang aware untuk meningkatkan akselerasi marketing nya di internet yang selama ini mungkin sangat lambat marketing nya jika dijalankan via offline saja.
Di lain hal, ini menciptakan munculnya juga marketer-marketer baru, yang siap akan ilmu internet marketing namun biasanya bingung dalam hal produk dan bisnis-nya, oleh karena itu kebanyakan me-marketingkan produk yang sedang-trend dipasarkan oleh marketer lainnya, pun di marketing kan dengan iklan (paid advertising) karena terbilang cepat bisa kelihatan impact atas cost yang diinvestasikan.
Dengan ini menyebabkan pemetaan market netizen di Indonesia dengan posisi internet marketer yang semakin banyak, dan beberapa yang ber-compete (kompetisi) dalam market yang sama, bahkan produk yang sama, menyebabkan semakin banyak pemancing dalam 1 kolam, jika umpan-umpannya itu-itu saja ikan akan lebih memilih pemancing yang umpannya lebih menggiurkan, artinya, tingkat kompetisi semakin tinggi, dengan semakin banyaknya pebisnis yang mulai teredukasi di bisnis online ini. Oleh karena itu janganlah sekedar ketergantungan akan iklan berbayar, itu bukan hal yang tercela tapi gunakanlah itu tidak hanya sekedar mengejar transaksi, mendapatkan buyer baru, produk dikirim, dan selesai, dan mencari new customer lagi dan berputar terus pola seperti itu.
Beriklan itu juga dilihat dari sudut pandang lain, yaitu membeli data, data calon customer seperti apa, bagaimana mereka-mereka yang berinteraksi terhadap konten kita, bagaimana karakterisitik audience yang banyak mengasilkan konversi, dari mana datangnya, dengan ad copy seperti apa, apakah mereka melakukan pembelian ulang setelah produk yang dipakainya habis, apakah dia merekomendasikan kepada yang lainnya..., dst, dst..
Oleh karena itu, perlu dipikirkan dengan berbagai uraian di poin 2 ini, maka munculah poin ke 3.
3. Melupakan Branding dan Sibuk dengan Hal Teknis
Dengan lupanya branding, akan semakin terus kita berkutat di poin 2, kita akan terus mencari tahu bagaimana caranya supaya iklan murah, bagaimana caranya membuat akun klonengan, bagaimana caranya bla bla bla, dll. Kita harus memahami bagaimana branding itu terbentuk, bagaimana tetap terus ada penjualan walau kita tidak beriklan, bagaimana calon customer yang dulu sudah pernah memakai produk kita dan habis masa pakainya teringat kembali akan brand kita, bagaimana kita me-remind customer akan reaksi mereka memakai produk kita, apa yang membuat brand anda unique dari yang lain, alasan apa yang menyebabkan calon customer harus membeli produk Anda daripada ke yang lian, bagaimana kita menyajikan konten yang membuat mereka senang dan bersedia dengan senang hati mereka share ke lainnya, bagaimana kita menjadikan audience bagian dari brand kita. dll, penting terkait branding, kita harus mulai mengaplikasikan hal ini ke bisnis kita sejak dini.
Semoga bermanfaat utnuk memulai menatap persaingan indah di tahun 2015!